Rabu, 24 September 2014

Lembar Refleksi bag. 1 mata kuliah pembelajaran Bahsa Arab MI


LEMBARAN REFLEKSI
SETELAH MATERI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB MI
Kelas: PGMI B

Hari/Waktu                : Rabu/ 8.30-10.10
Pertemuan ke                        : I
Nama                          : KHOIRUL IZZAH
NIM                            : 1201291064

Kelengkapan Berkas:
1.      Silabus
2.      Resume Materi tiap pertemuan
Sebenarnya materi ini sudah dipelajari pada semester sebelumnya (semester 4).Untuk mengingat kembali makanya saya muat disini.
KARAKTERISTIK BAHASA ARAB MI
Tujuan pembelajaran Bahasa Arab di MI
Dalam peraturan Menteri Agama RI nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Dalam perraturan tersebut dikatakan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Arab adalah:
1.      Menembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (menyimak), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
2.      Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa Asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam.
3.      Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitannya anatara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya
Azas-azas Pembelajaran Bahasa Arab di MI
1.      Dasar Psikologis (al-asas al-nafsi)
Secara psikoogis, sistem kesatuan memiliki keuntungan bagi peserta didik, antara lain:
a)      Selalu ada pembaharuan kegiatan, karena materi-materi yang disajikan tidak monoton, melainkan bergantian dalam bentuk-bentuk kegiatan secara teratur dan bervariasi. Kondisi ini jadi motivasi bagi mereka, mengatasi kejenuhan yang mungkin mereka rasakan.
b)      Selalu ada kegiatan feed back kegiatan pada suatu tema. Hal ini akan memberikan penguatan pemahaman peserta didik. Walaupun kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru bermacam-macam, namun tetap semuanya kembali kepada satu tema.
c)      Pemahaman kebahasaan dengan sistem kesatuan adalah pemahaman yang bersifat analitik. Artinya pemahaman yang berangkat dari keseluruhan kepada bagian-bagian terkecil. Kegiatan ini jelas akan memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran, karena pada umumnya dari keseuruhan ke bagian-bagian.
2.      Dasar Pedagogis (al-asas al-arbawi)
Dasar pedagogis yang menguatan sistem pembelajaran bahasa Arab dengan sistem integrasi ini antara lain:
a)      Memberikan pembelajaran yang teratur dan berkesinambungan adalah pengajaran yang efektif.
b)      Perkembangan kemampuan peserta didik menjadi seimbang dalam menguasai keterampilan berbahasa.
3.      Dasar Linguistik (al-asas lughwai)
Berbahasa adalah kegiatan integral, karena melibatkan banyak aspek yang berkaitan dengan sistem bahasa secara langsung seperti kosa kata, kalimat, tata bahasa, dan sebagainya; maupun tidak langsung seperti budaya yang diusung.Jadi menggunakan bahasa yang relative integral dalam yang sebentar.
Kekurangan sistem ini adalah, dinilai cukup berat untuk dilaksanakan. Guru sebagai figur sentral dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan integral tentang kebahasaan, dan benar-benar dapat membawa peserta didik kepada kemampuan penggunaan bahasa Arab secara utuh. Sebab ia dituntut untuk serba bisa dalam menyampaikan semua unit bahasa yang begitu kompleks.
Aspek Fundamental dalam Pembelajaran Bahasa Arab di MI
1.      Aspek Linguistik
-          Tata bunyi
-          Kosa kata
-          Tata kalimat
-          Tulisan
2.      Aspek Non Linguistik
-          Faktor sosio-kultural
-          Faktor buku ajar
-          Faktor lingkungan sosial
Indikator Pembelajaran Bahasa Arab yang Efektif di MI
1.      Metode pembelajaran
2.      Pengelolaan kelas:
3.      Keterampilan bertanya
4.      Pelayanan individual
5.      Sumber belajar dan alat bantu pembelajaran
6.      Umpan balik dan Evaluasi
7.      Komunikasi dan Interaksi
8.      Keterlibatan siswa
9.      Refleksi
10.  Hasil karya siswa
11.  Hasil belajar:

A.    Refleksi Komponen Pembelajaran
1.      Kegiatan membuka dan menutup pelajaran.
Membuka dan menutup pelajaran dilakukan oleh dosen pengampu mata kuliah pembelajaran Bahasa Arab MI, beliau membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan mencek kehadiran siswa. Pelajaran diakhiri dengan mengucapkan salam serta pemberian penguatan dari dosen untuk memotivasi siswa agar pembelajaran selama 1 semester kedepan berjalan dengan lancar dan ada perubaha yang signifikan yang dialami oleh siswa semester 5.
2.      Materi/bahan ajar
Materi yang digunakan berupa seputar mengenai pembelajaran Bahasa Arab di Mi yang akan disusun sedemikian rupa dalam bentuk makalah dan dibagikan kepada tiap-tiap mahasiswa. Pada pertemuan pertama materi/bahan ajar dapat ditemukan pada modul pembelajaran Bahasa Arab semester 4.
3.      Media pembelajaran.
Media yang digunakan buku/bahan referensi, papan tulis&spidol serta Laptop&LCD (pemutaran video motivasi)
4.      Kegiatan/Proses Pembelajaran
Kegiatan belajar masih belum efektif karena dosen masih menyampaikan mengenai kontrak studi, raker pembagian tugas kelompok, dan pembagian materi yang digunakan untuk presentasi kelompok, serta penjelasan mengenai tugas kelompok, tugas individu mengenai tanggal pelaksanaan ujian tengah semester dan ujian akhir semester.
5.      Metode/strategi pembelajaran.
Strategi yang digunakan oleh dosen pada pertemuan pertama yaitu ceramah saja untuk menerangkan mengenai proses pembelajaran yang akan dilaksanakan selama 1 semester antara dosen dan mahasiswa.
6.      Penggelolaan kelas
Kelas tidak terkelola dengan baik, mahasiswa sibuk dengan permasalahannya masing-masing dan kurang mendengarkan penjelasan dosen dengan cermat, dalam hal ini ketika dosen menjelaskan mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan mahasiswa juga sibuk bicara sehingga dosen tidak diperhatikan lagi sehingga kelas menjadi ribut.
7.      Latihan atau penilaian dan tugas
Mengenai penilaian sendiri, dosen melakukan evaluasi untuk mahasiswa dalam ranah penilain autentik:
-          Penilaian Proses : minat, perhatian dan partisipasi selama pembelajaran
-          Penilaian hasil belajar: UTS dan UAS.
Mengenai tugas, membuat portofolio berupa reflkesi pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap pertemuan.
8.      Mengatur dan memanfaatkan waktu pembelajaran dengan baik
Waktu dapat diatur dengan baik oleh dosen mulai dari kegiatan membuka peljaran menjelaskan materi yang akan diajarkan, menjelaskan tugas, menggambarkan penilaian, hingga memberikan motivasi semuanya sudah terlaksana dan menutup pelajaran dilakukan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
B.     Refleksi Menyeluruh
1.      Apakah rencana pembelajaran yang disusun berjalan sebagaimana mestinya ?
Rencana pembelajaran yang disusun berjalan sebagaimana mestinya artinya semu hal yang harus disampaikan dosen sudah disampaikan dan disepakati oleh mahasiswa yakni mengenai tugas, penilaian dan lain sebagainya.
2.      Apakah kelemahan–kelemahan proses pembelajaran
Kelemahan dalam peroses pembelajaran pada pertemuan perta ini yaitu kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan dosen, mahasiswa kurang menjadi pribadi yang baik serta bijak, kelakuan mahasiswa masih seperti anak-anak, padahal sudah semester 5, ditambah lagi tidak ada sikap mengormati terhadap dosen. Kelas sangat riuh.
3.      Apa saja penyebab kelemahan tersebut dan bagaimana memperbaikinya ke depan?
Penyebab terjadi kelemahan-kelemahan tersebut karena kurangnya kesadaran pribadi mahasiswa yang tidak mengerti caranya menghargai orang yang lebih tua apalagi seorag dosen, sikap kekanakan yang masih sulit dihilangkan dari pribadi siswa dan yang paling utama adalah kurangnya aplikasi akhlak yang diterapkan.
Agar lebih baik kedepannya yaitu saling mengingatkan satu sama lain dan berusaha membuang sikap kekanakan yang sering dibawa kekelas kuliah. Pada dasarnya ada waktunya jika kia ingin bersikap kekanakan yaitu ketika berada disekeliling anak-anak maka tempatkan diri sebagai anak-anak, namun jika berda disekiatar orang-orag dewasa maka tempatkan diri sebagai orang dewasa. Tumbuhkan kesadaran diri masing-masing.
4.      Apakah kekuatan saya atau hal–hal yang baik yang telah saya capai dalam pembelajaran?
Saya mendengarkan penjelasan guru, menyimak dengan baik apa yang beliau sampaikan baik itu mengenai pembagian kelompok tugas, pembagian materi dan penjelasan mengenai sistematika pembelajaran selama satu semester serta mengenai penilaian yang beliau harapkan.
5.      Bagaimana kebaikan dan kekuatan saya dalam pembelajaran dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan ?
Cara mempertahankan hal tersebut yaitu dengan cara selalu focus dan duduk didepan, karena saya pernah mencoba duduk dibelakang dan yang terjadi adalah saya tidak terlalu memahami apa yang dijelaskan karena teman-teman dibelakang asik ngobrol sendiri.
6.      Hal–hal unik (positif atau negatif) apa yang terjadi dalam pembelajaran yang saya  lakukan ?
Hal-hal unik (positif atan negatif) selama pembelajaran pada pertemuan pertama adalah dosen memutarkan sebuah video motivasi yang luar biasa yang membangkitkan semangat saya dan menyadarkan saya untuk tidak mengeluh karena kata dosen mengeluh itu hanya akan menambah beban. Kemudian ha lain yang saya dapat bahwa pelajaran itu tidak dapat hanya dengan melalui materi pelajaran melainkan dari pelajaran hidup.
Setelah itu ibu menyampaikan kekecewaan beliau karena tidak ada perubahan yang kami alami padahal kami sudah semester 5, dan ibu sudah 3 kali bertemu kami, ibu menyampiakan bahwa kami harus merubah sifat kekanakan kami agar lebih baik lagi menyikapi permasalahan, lebih bijak, dewasa, sikap terhadap dosen, bersyukur dan menampilkan sikap sopan santun.
Pembelajaran hari itu menyadarkan saya bahwa saya harus lebih baik, lebih bijak, lebih dewasa dalam menerima pelajaran dan harus senantiasa bersyukur dan harus membiasakan karakter-karakter yang baik, saya akan berusaha lebih baik dan lebih baik lagi kedepannya. Amin


Selasa, 09 September 2014

ARTIKEL 1 (BUDAYA SECARA GLOBAL)


ARTIKEL 1 (BUDAYA SECARA GLOBAL)

URANG BANJAR JUGA NAIK PINANG
Sejarah:
jhhhuLamanya penjajah Belanda bercokol di negeri ini bukan karena Negara mereka besar dan kuat, tetapi tidak lain karena berhasil memcah belah dengan politik adu domba. Diawal abad ke-20 dan zaman revolusi fisik, para tokoh nsional mulai sadar, lalu menjalin persatuan dengan semangat kebersamaan.
Pangeran Antasari berpesan agar perjuangan berhasil, jangan becakut papadaan. Maka di era revolusi, urang Banjar bahu membahu melawan Belanda (NICA). Menurut saksi sejarah yang juga ketua Paguyuban Palagan Negara Banjarmasin H. Lambran Ladjim, saat itu urang banjar cukup solid. Pemuda pejuang menjadi tentara seukarela, ulamanya memberi spirit jihad, roh terpelajar menjadi kurir dan penyebar informasi, rakyat biasa dan ibu-ibu  menyediakan makanan, tempat berlindung dan logistic, pedagang dan pengusaha meyediakan dana.
Bahkan pengrajin besi di Negara memasok parang, tombak, Mandau, pedang, keris badik, kelewang sampai senjata api rakitan mematikan. Ada warga yang berkhianat dan meremehkan perjuangan, tetapi pejuang nekad dank eras bertindak. Akhirnya perjuangan berhasil, penjajah kewalahan dan angkat kaki. Keberhasilan ini berkat penggunaan filosofi naik pinang versi kedua, masing-masing saling mendukung agar cita-cita berhasil.
Perkembangan selanjutnya, sulit mencari urang banjar menjadi top leader di daerah, apalagi di pusat. Memang ada sejumlah anggota DPR/DPD RI yang kemunculannya di pusat sebagai keniscayaan pemilu itupun suaranya dipusat nyaris tak pernah terdengar karena kurang vocal. Sangat langka  ada tokoh Banjar yang eksis secara politik dan berpengaruh besar dipusat. Di bidang ekonomi, seni budaya dan akademisi memang ada, tapi resonansinya kurang  terasa.
Kelangkaan ini disebabkan urang Banjar terpakai filososfi naik pinang versi pertama, yakni suka menjuhut batis kawan. Tidak senang melihat urang maju dan lebih nikmat melihat kawan sakit atau jatuh. Meminjam istilah KH Zainuddin MZ(Alm) senang melihat bacakut papadaan . Dalam dialog budaya LK3, Jarkasi cs (Alm) melihat bacakut papadaan cenderung jadi tren, tradisi dan stereotip urang Banjar. Walau bacakut papadaan cukup universal terjadi di mana dan kapan saja, hanya bahasanya yang berbeda, namun bagi urang Banjar cukup kentara. Dari orgnisasi kepartaian, paguyuban, kedaerahan, hingga panitia masjid dan langgar, nuansa konflik selalu ada. Sedang isu putra daerah yang dimunculkan, kalau sudah ketemu, dicari lagi primordial  yang lebih kecil seperti bubuhan, kelompok, organisasi, aliran, mazhab, keturunan, kampong asal dst, yang tidak  berujung. Saking hobinya bacakut, keluarga sedarah pun sering cekcok. Banyak yang hubungannya renggang, tenggang, putus dan kada barawaan.
Menurut Taufik Arbain, yang oleh Raja Muda Banjar Pangeran Kahirul Saleh dinobatkan sebagai Datu Cendikia Hikmadiraja, di segi kecerdasan otak urang Banjar sebenarnya cukup berimbang dnegan non Banjar. Tahap awal memang sedikit under-depeloved karena kurang membaca dan gagap IPTEK, tetapi kemudian cukup kompetetif. Namun karena sering dihambat kawan seiring, maka kemunculannya sulit, timbul tenggelam. Setiap ada kawan yang ingin naik selalu diganggu dan disikut.
Ahmad Makkie dan Syamsiar Seman menyebutny dengan ungkapan “ Dibawa bajukung malinggang, ditinggal maningkalung”. Ini gambaran orang yang suka mengganggu ketentraman, menghambat karir orang, mencari-cari kesalahan, mngadu domba, memfitnah, menghasut, dan memprovokasi, sehingga orang jadi serba salah dan terjadilah konflik. Kalau dikantor ada anak buah pintar dan krtitis, biasanya kurang disukai atasan dan dicemburui kawan. Akhirnya sulit urang Banjar mengorbit kepermukaan sampai kepada top level management yang ideal. Tidak jarang karena sirik kawan maju, urang banjar lebih senang dipimpin dan didominasi orang lain.
Mengacu hasil riset seorang sosiolog, akademisi IAIN Antasari Wahyudin mengatakan, umumnya urang Banjar yang berhasil adalah single fighter atau individual competitior. Mereka berhasil karena usaha pribadi nekad dan gigih bapangsar dada sendiri. Nyaris dan kecil sekali peran kelompok, masyarakat dan pemerintah di daerah asalnya. Mungkin sekali ini karena bacaku papadaan. Bahkan tidak sedikit mereka yang berhasil diluar daerah sebelumnya disakiti dan cenderung menjadi urang buangan atau pelarian. Mirip cerita Pangeran Samudra (Sultan Suriansyah), yang sebelumnya jadi raja Banjar justru lari karena dimusuhi pangeran temenggung dan keluarga Istana Negara Daha yang justru sedarah dengannya.
Tak heran, setelah berhasil, banyak yang melupakan masyarakat dari daerah asal. Ketika urang Banjar “madam” dan berhasil di rantau orang mereka menjadi pemadam permanen hingga meninggal. Hanya sesekali menjengok kampung halaman dan tidak tertarik berinvestasi, karena merasa tak berutang budi. Masih untung kalau tidak membalas dendam. Kalau terjadi dendam, konflik papadaan makin akut dan menahun hingga mati.
pppkhKalau sikap suka becakut terus dilestarikan sangat kontroduktif, menang jadi arang kalah jadi abu, masalah ini penting diseminarkan di acara terbuka, agar urang Banjar dapat melakukan otokritik individual dan sosial, kalau tidak bisa dihilangkan, minimal disalurkan kejalan yang benar menjadi persaingan sehat. Boleh bacakut dalam arti bersaing secar fair, agar pemainnya dapat saling control dan berlomba dalam kebaikan. Bukan becakut yang konotasinya lebih pada pembunuhan karakter, memotong karir dan menjatuhkan orang.
Agama menyuruh bersatu dan menjauhi perpecahan, huga menekankan tolong-menolong berbuat kebajikan, bukan kerjasama saling sikut menyikut dan menjatuhkan. Orang yang becakut papadaan dapat diibaratkan seperti sifat warik manusia makhluk mulia tidak ayak meniru hal itu.
 



Analisis:
Mengapa di setiap daerah (khususnya Banjar) ada budaya naik pinang yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus?
Jawabnya, karena setiap orang menganalogikan naik piang itu adalah sebuah perjuangan untuk meraih kemerdekaan, kemerdakaan disini maksudnya adalah hadiah-hadiah yang beraneka ragam yang mana digantung di pucuk pohon pinang tersebut. Tidak hanya itu saja pohon pinang juga dilumuri pelicin agar peserta kesusahan untuk sampai kepuncak. Itu adalah gambaran bahwa begitu sulitnya dan begitu lamanya bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekan hingga memerlukan puluhan tahun lamanya. Begitu juga halnya dengan naik pinang tersebut mereka tidak bisa naik jika tidak bekerjasama dengan peserta lainnnya karena batang pinang yang sangat licin. Itu juga sama halnya ketika kita tilik sejarah bangsa kita, karena kegigihan dan kekompakan tentara kita melawan penjajah sehingga didapatlah kesepakatan mengenai kemerdekaan Negara ini.
Di banua Banjar sendiri, naik pinang juga sering bahkan rutin dilaksanakan setiap kali peringatan acara 17 Agustus. Ketika kita flas back, mengapa di Banua Banjar juga ada tradisi naik pinang tersebut? Jawabnya, ketika kita lihat sejarahnya sangat menarik, karena zaman dahulu penjajah juga masuk di banua karena kegigihan dan kekompkan masyarakat banua dalam melawan penjajah dan akhirnya penjajah kewalahan dan akhirnya menyerah, kemenangan ini mengintip dari filosofi naik pinang versi yang kedua, yang mana para peserta harus bekerjasama.
ppgfSebelunya di Banua naik pinang itu sendiri memiliki dua versi yang berbeda versi yang pertama adah suka manjuhut batis kawan, maksudnya bahwa urang banua tidak senang jika ada kawan yang menang. Sedangkan versi kedua yaitu pserta bekerjasama dalam memanjat pohon pianang tersebut dengan cara menjajak kepala kawan atau bahunya. Di Banua sendiri, dahulu naik pinang menggunakan versi yang pertama, namun seiring berkembangnya zaman maka versi pertama itu dihilangkan dan dipakailah filosofi naik pinang versi yang kedua yang mana, peserta bekerjasama dalam mencapai puncak pohon pinang tersebut, namun naik pinang versi pertama tetap dipakai sesekali untuk mengahdirkan gelak tawa para penonton jika tidak ada tarik menarik antar peserta naik pinang tersebut maka acara lomba naik pinang tersebut tidak akan seru dengan melihat para peserta berjatuhan maka semakin nyaring gelak tawa penonton.
 Ratusan bahkan ribuan pohon pinang sudah ditebang untuk memperingati hari kemerdekaan Revublik Indonesia yaitu pada tanggal 17 Agustus. Yang jelas permainan ini memberikan banyak manfaat bagi para pesertanya maupun masyarakat setempat. Pertama, permaianan ini membuat para pemain (peserta ) berlomba untuk lebih dulu untuk mencapai puncak dan para pemain saling mendahului antara satu dengan lainnya untuk mencapai puncak pinang tersebut, namun ada juga pemain yang mengganggu dengan cara ” menjuhut di batis”, sehingga pemain yang sudah mulain naik akan berkali-kali jatuh, dan begitu seterusnya. Oleh karena itu tidak ada peserta perorangan yang berhasil menggunakan cara tersebut dikarenakan persaingannya tidak sehat (curang), namun cara tersebut sifatnya hanya sementara, karena dengan berjatuhannya penonton untuk mengundang gelak tawa para penonton. Kedua, para pemain mulai mengatur strategi dan bekerjasama untuk mencapai puncak pohon pinang tersebut dengan penuh kesabaran mereka mulai menaiki dengan cara saling injak bahu bahkan kepala pun sering kali ikut terinjak juga, namun hal itu tidak menyurutkan semangat kebersamaan mereka karena ada hadiah (kemenangan) yang sudah menenati dipucuk pohon pinang, karena mereka pikir mereka sama-sama kotor dan sama-sama sakit, dengan kesabaran dan kegigihan serta semangat kekompakan para pemain akhirnya mereka dapat mencapai puncaknya dan langsung merenggut semua hadiahnya, hadiah tersebut dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan bersama para pemain. Cara ini biasanya dilakukan pada akhir perlombaan karena jika dilakukan diwalan acara tersebut tidak akan seru dan tidak aka nada penontonnya.
Menurut survey yang coba saya lakukan ketika perayaan 17 Agustus 2014 tepatnya sebulan yang telah lalu, informasi yang saya dapatkan adalah:
& Setiap perayaan 17 Agustus harga pohon pinang mencapai 500 ribu satu batang dan itu sudah diserut
& Tinggi pohonnya minimal 20 meter.
& Umurnya mencapai 25-30 tahun.
& Waktu penyerutan pohonnya waktu kurang lebih hanya 1 jam saja
& Setelah itu pembuatan lubang dipucuknya  untuk pemasangan bentuk lingkaran dipucuknya untuk menggantung hadiahnya
& Setelah itu pohon pinang dikeringkan beberapa hari
& Baru setelah itu dilumuri dengan pelicin (biasanya dengan oli motor)
pppk Banyak sekali nilai positif yang terkandung dalam permainan panjat pinang ini diantaranya sebagai berikut:
4 Nilai gotong royong antar sesame masyarakat setempat.
4 Kerjasama yang sangat luar biasa dari para pemain.
4 Kegigihan, kesabaran dan semangat juang yang muncul dari para pemain untuk meraih kemenangan.
4 Kekompakan dan pengorbanan juga ditampakkan pada permainan tersebut para pemain rela saling injak bahu dan kepala dei sebuah kemenangan.
4 Panjat pinang ini juga sangat menghibur baik bagi para pemain, anak-anak, dewasa,orang tua, sampai dikalangan pejabat dan diseluruh lapisan masyarakat.
Alasan saya mengambil tema ini untuk “artikel” karena ini adalah sebuah kebudayaan yang turun temurun dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan acara panjat pinang ini bahkan sudah menjadi budaya nasional karena hampir seluruh daerah di Nusantara melakukan permianan ini untuk memperingati acara peringatan 17 Agustus. Alasan selanjutnya karena ini topik yang menurut saya masih fresh untuk diangkat kepermukaan.