Selasa, 09 September 2014

ARTIKEL 1 (BUDAYA SECARA GLOBAL)


ARTIKEL 1 (BUDAYA SECARA GLOBAL)

URANG BANJAR JUGA NAIK PINANG
Sejarah:
jhhhuLamanya penjajah Belanda bercokol di negeri ini bukan karena Negara mereka besar dan kuat, tetapi tidak lain karena berhasil memcah belah dengan politik adu domba. Diawal abad ke-20 dan zaman revolusi fisik, para tokoh nsional mulai sadar, lalu menjalin persatuan dengan semangat kebersamaan.
Pangeran Antasari berpesan agar perjuangan berhasil, jangan becakut papadaan. Maka di era revolusi, urang Banjar bahu membahu melawan Belanda (NICA). Menurut saksi sejarah yang juga ketua Paguyuban Palagan Negara Banjarmasin H. Lambran Ladjim, saat itu urang banjar cukup solid. Pemuda pejuang menjadi tentara seukarela, ulamanya memberi spirit jihad, roh terpelajar menjadi kurir dan penyebar informasi, rakyat biasa dan ibu-ibu  menyediakan makanan, tempat berlindung dan logistic, pedagang dan pengusaha meyediakan dana.
Bahkan pengrajin besi di Negara memasok parang, tombak, Mandau, pedang, keris badik, kelewang sampai senjata api rakitan mematikan. Ada warga yang berkhianat dan meremehkan perjuangan, tetapi pejuang nekad dank eras bertindak. Akhirnya perjuangan berhasil, penjajah kewalahan dan angkat kaki. Keberhasilan ini berkat penggunaan filosofi naik pinang versi kedua, masing-masing saling mendukung agar cita-cita berhasil.
Perkembangan selanjutnya, sulit mencari urang banjar menjadi top leader di daerah, apalagi di pusat. Memang ada sejumlah anggota DPR/DPD RI yang kemunculannya di pusat sebagai keniscayaan pemilu itupun suaranya dipusat nyaris tak pernah terdengar karena kurang vocal. Sangat langka  ada tokoh Banjar yang eksis secara politik dan berpengaruh besar dipusat. Di bidang ekonomi, seni budaya dan akademisi memang ada, tapi resonansinya kurang  terasa.
Kelangkaan ini disebabkan urang Banjar terpakai filososfi naik pinang versi pertama, yakni suka menjuhut batis kawan. Tidak senang melihat urang maju dan lebih nikmat melihat kawan sakit atau jatuh. Meminjam istilah KH Zainuddin MZ(Alm) senang melihat bacakut papadaan . Dalam dialog budaya LK3, Jarkasi cs (Alm) melihat bacakut papadaan cenderung jadi tren, tradisi dan stereotip urang Banjar. Walau bacakut papadaan cukup universal terjadi di mana dan kapan saja, hanya bahasanya yang berbeda, namun bagi urang Banjar cukup kentara. Dari orgnisasi kepartaian, paguyuban, kedaerahan, hingga panitia masjid dan langgar, nuansa konflik selalu ada. Sedang isu putra daerah yang dimunculkan, kalau sudah ketemu, dicari lagi primordial  yang lebih kecil seperti bubuhan, kelompok, organisasi, aliran, mazhab, keturunan, kampong asal dst, yang tidak  berujung. Saking hobinya bacakut, keluarga sedarah pun sering cekcok. Banyak yang hubungannya renggang, tenggang, putus dan kada barawaan.
Menurut Taufik Arbain, yang oleh Raja Muda Banjar Pangeran Kahirul Saleh dinobatkan sebagai Datu Cendikia Hikmadiraja, di segi kecerdasan otak urang Banjar sebenarnya cukup berimbang dnegan non Banjar. Tahap awal memang sedikit under-depeloved karena kurang membaca dan gagap IPTEK, tetapi kemudian cukup kompetetif. Namun karena sering dihambat kawan seiring, maka kemunculannya sulit, timbul tenggelam. Setiap ada kawan yang ingin naik selalu diganggu dan disikut.
Ahmad Makkie dan Syamsiar Seman menyebutny dengan ungkapan “ Dibawa bajukung malinggang, ditinggal maningkalung”. Ini gambaran orang yang suka mengganggu ketentraman, menghambat karir orang, mencari-cari kesalahan, mngadu domba, memfitnah, menghasut, dan memprovokasi, sehingga orang jadi serba salah dan terjadilah konflik. Kalau dikantor ada anak buah pintar dan krtitis, biasanya kurang disukai atasan dan dicemburui kawan. Akhirnya sulit urang Banjar mengorbit kepermukaan sampai kepada top level management yang ideal. Tidak jarang karena sirik kawan maju, urang banjar lebih senang dipimpin dan didominasi orang lain.
Mengacu hasil riset seorang sosiolog, akademisi IAIN Antasari Wahyudin mengatakan, umumnya urang Banjar yang berhasil adalah single fighter atau individual competitior. Mereka berhasil karena usaha pribadi nekad dan gigih bapangsar dada sendiri. Nyaris dan kecil sekali peran kelompok, masyarakat dan pemerintah di daerah asalnya. Mungkin sekali ini karena bacaku papadaan. Bahkan tidak sedikit mereka yang berhasil diluar daerah sebelumnya disakiti dan cenderung menjadi urang buangan atau pelarian. Mirip cerita Pangeran Samudra (Sultan Suriansyah), yang sebelumnya jadi raja Banjar justru lari karena dimusuhi pangeran temenggung dan keluarga Istana Negara Daha yang justru sedarah dengannya.
Tak heran, setelah berhasil, banyak yang melupakan masyarakat dari daerah asal. Ketika urang Banjar “madam” dan berhasil di rantau orang mereka menjadi pemadam permanen hingga meninggal. Hanya sesekali menjengok kampung halaman dan tidak tertarik berinvestasi, karena merasa tak berutang budi. Masih untung kalau tidak membalas dendam. Kalau terjadi dendam, konflik papadaan makin akut dan menahun hingga mati.
pppkhKalau sikap suka becakut terus dilestarikan sangat kontroduktif, menang jadi arang kalah jadi abu, masalah ini penting diseminarkan di acara terbuka, agar urang Banjar dapat melakukan otokritik individual dan sosial, kalau tidak bisa dihilangkan, minimal disalurkan kejalan yang benar menjadi persaingan sehat. Boleh bacakut dalam arti bersaing secar fair, agar pemainnya dapat saling control dan berlomba dalam kebaikan. Bukan becakut yang konotasinya lebih pada pembunuhan karakter, memotong karir dan menjatuhkan orang.
Agama menyuruh bersatu dan menjauhi perpecahan, huga menekankan tolong-menolong berbuat kebajikan, bukan kerjasama saling sikut menyikut dan menjatuhkan. Orang yang becakut papadaan dapat diibaratkan seperti sifat warik manusia makhluk mulia tidak ayak meniru hal itu.
 



Analisis:
Mengapa di setiap daerah (khususnya Banjar) ada budaya naik pinang yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus?
Jawabnya, karena setiap orang menganalogikan naik piang itu adalah sebuah perjuangan untuk meraih kemerdekaan, kemerdakaan disini maksudnya adalah hadiah-hadiah yang beraneka ragam yang mana digantung di pucuk pohon pinang tersebut. Tidak hanya itu saja pohon pinang juga dilumuri pelicin agar peserta kesusahan untuk sampai kepuncak. Itu adalah gambaran bahwa begitu sulitnya dan begitu lamanya bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekan hingga memerlukan puluhan tahun lamanya. Begitu juga halnya dengan naik pinang tersebut mereka tidak bisa naik jika tidak bekerjasama dengan peserta lainnnya karena batang pinang yang sangat licin. Itu juga sama halnya ketika kita tilik sejarah bangsa kita, karena kegigihan dan kekompakan tentara kita melawan penjajah sehingga didapatlah kesepakatan mengenai kemerdekaan Negara ini.
Di banua Banjar sendiri, naik pinang juga sering bahkan rutin dilaksanakan setiap kali peringatan acara 17 Agustus. Ketika kita flas back, mengapa di Banua Banjar juga ada tradisi naik pinang tersebut? Jawabnya, ketika kita lihat sejarahnya sangat menarik, karena zaman dahulu penjajah juga masuk di banua karena kegigihan dan kekompkan masyarakat banua dalam melawan penjajah dan akhirnya penjajah kewalahan dan akhirnya menyerah, kemenangan ini mengintip dari filosofi naik pinang versi yang kedua, yang mana para peserta harus bekerjasama.
ppgfSebelunya di Banua naik pinang itu sendiri memiliki dua versi yang berbeda versi yang pertama adah suka manjuhut batis kawan, maksudnya bahwa urang banua tidak senang jika ada kawan yang menang. Sedangkan versi kedua yaitu pserta bekerjasama dalam memanjat pohon pianang tersebut dengan cara menjajak kepala kawan atau bahunya. Di Banua sendiri, dahulu naik pinang menggunakan versi yang pertama, namun seiring berkembangnya zaman maka versi pertama itu dihilangkan dan dipakailah filosofi naik pinang versi yang kedua yang mana, peserta bekerjasama dalam mencapai puncak pohon pinang tersebut, namun naik pinang versi pertama tetap dipakai sesekali untuk mengahdirkan gelak tawa para penonton jika tidak ada tarik menarik antar peserta naik pinang tersebut maka acara lomba naik pinang tersebut tidak akan seru dengan melihat para peserta berjatuhan maka semakin nyaring gelak tawa penonton.
 Ratusan bahkan ribuan pohon pinang sudah ditebang untuk memperingati hari kemerdekaan Revublik Indonesia yaitu pada tanggal 17 Agustus. Yang jelas permainan ini memberikan banyak manfaat bagi para pesertanya maupun masyarakat setempat. Pertama, permaianan ini membuat para pemain (peserta ) berlomba untuk lebih dulu untuk mencapai puncak dan para pemain saling mendahului antara satu dengan lainnya untuk mencapai puncak pinang tersebut, namun ada juga pemain yang mengganggu dengan cara ” menjuhut di batis”, sehingga pemain yang sudah mulain naik akan berkali-kali jatuh, dan begitu seterusnya. Oleh karena itu tidak ada peserta perorangan yang berhasil menggunakan cara tersebut dikarenakan persaingannya tidak sehat (curang), namun cara tersebut sifatnya hanya sementara, karena dengan berjatuhannya penonton untuk mengundang gelak tawa para penonton. Kedua, para pemain mulai mengatur strategi dan bekerjasama untuk mencapai puncak pohon pinang tersebut dengan penuh kesabaran mereka mulai menaiki dengan cara saling injak bahu bahkan kepala pun sering kali ikut terinjak juga, namun hal itu tidak menyurutkan semangat kebersamaan mereka karena ada hadiah (kemenangan) yang sudah menenati dipucuk pohon pinang, karena mereka pikir mereka sama-sama kotor dan sama-sama sakit, dengan kesabaran dan kegigihan serta semangat kekompakan para pemain akhirnya mereka dapat mencapai puncaknya dan langsung merenggut semua hadiahnya, hadiah tersebut dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan bersama para pemain. Cara ini biasanya dilakukan pada akhir perlombaan karena jika dilakukan diwalan acara tersebut tidak akan seru dan tidak aka nada penontonnya.
Menurut survey yang coba saya lakukan ketika perayaan 17 Agustus 2014 tepatnya sebulan yang telah lalu, informasi yang saya dapatkan adalah:
& Setiap perayaan 17 Agustus harga pohon pinang mencapai 500 ribu satu batang dan itu sudah diserut
& Tinggi pohonnya minimal 20 meter.
& Umurnya mencapai 25-30 tahun.
& Waktu penyerutan pohonnya waktu kurang lebih hanya 1 jam saja
& Setelah itu pembuatan lubang dipucuknya  untuk pemasangan bentuk lingkaran dipucuknya untuk menggantung hadiahnya
& Setelah itu pohon pinang dikeringkan beberapa hari
& Baru setelah itu dilumuri dengan pelicin (biasanya dengan oli motor)
pppk Banyak sekali nilai positif yang terkandung dalam permainan panjat pinang ini diantaranya sebagai berikut:
4 Nilai gotong royong antar sesame masyarakat setempat.
4 Kerjasama yang sangat luar biasa dari para pemain.
4 Kegigihan, kesabaran dan semangat juang yang muncul dari para pemain untuk meraih kemenangan.
4 Kekompakan dan pengorbanan juga ditampakkan pada permainan tersebut para pemain rela saling injak bahu dan kepala dei sebuah kemenangan.
4 Panjat pinang ini juga sangat menghibur baik bagi para pemain, anak-anak, dewasa,orang tua, sampai dikalangan pejabat dan diseluruh lapisan masyarakat.
Alasan saya mengambil tema ini untuk “artikel” karena ini adalah sebuah kebudayaan yang turun temurun dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan acara panjat pinang ini bahkan sudah menjadi budaya nasional karena hampir seluruh daerah di Nusantara melakukan permianan ini untuk memperingati acara peringatan 17 Agustus. Alasan selanjutnya karena ini topik yang menurut saya masih fresh untuk diangkat kepermukaan.
                                                                             


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar